Makam Sunan Bungkul, atau Mbah Bungkul, berada di kompleks Taman
Bungkul yang lokasinya berada di tepi Jl. Raya Darmo, Surabaya. Akses ke
Makam Sunan Bungkul berada di sisi belakang Taman Bungkul, melewati
deretan warung yang siang itu ramai dengan
pengunjung. Ada beberapa versi tentang siapa Sunan Bungkul ini, dan
salah satunya menyebutkan bahwa Sunan Bungkul adalah Ki Ageng Supo, atau
Mpu Supo, seorang bangsawan Majapahit yang setelah masuk Islam
menggunakan nama Ki Ageng Mahmuddin.
Mbah Bungkul merupakan bagian dari kesibukan Taman Bungkul yang ramai dikunjungi warga Surabaya yang bukan hanya berkunjung ke makam, namun juga bersantap, minum kopi, atau sekadar duduk-duduk ngobrol sambil membuka laptop-nya.
Makam Sunan Bungkul merupakan bangunan cagar budaya Surabaya, seperti yang tertera pada sebuah prasasti yang berada di depan salah satu warung makanan.
Sebuah versi menyebutkan bahwa Sunan Bungkul adalah salah satu mertua Raden Paku, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Giri, setelah Raden Paku secara tidak sengaja memungut buah delima dari Kalimas. Tanpa diketahuinya, Sunan Bungkul telah memiliki niatan bahwa barang siapa yang menemukan buah delima itu akan ia jodohkan dengan puterinya yang bernama Dewi Wardah.
Padahal Raden Paku telah dijodohkan lebih dahulu dengan puteri Sunan Ampel yang bernama Dewi Murthasiah, namun karena perjodohannya dengan Dewi Wardah mendapat restu dari Sunan Ampel, maka Raden Paku pun menikahi kedua puteri itu pada hari yang sama.
Makam Sunan Bungkul dengan gerbang paduraksa, yang membatasi bagian luar dengan bagian tengah makam. Gerbang paduraksa adalah gerbang dengan penutup di bagian atasnya, sedangkan candi bentar merupakan gerbang tanpa penutup.
Di latar belakang adalah sebuah surau yang konon dibangun oleh Sunan Bungkul bersama dengan Raden Rahmat (Sunan Ampel). Ada yang menyebutkan bahwa Raden Rahmat pernah berguru kepada Sunan Bungkul, sehingga ada peziarah yang datang lebih dahulu ke Makam Sunan Bungkul, sebelum berziarah ke Makam Sunan Ampel. Namun demikian tidak ada nama Sunan Bungkul atau Ki Ageng Supo dalam riwayat Sunan Ampel.
Melangkah ke dalam lagi ada gapura paduraksa yang lebih kecil, menghubungkan bagian tengah dengan bagian dalam, dimana Makam Sunan Bungkul berada.
Makam Sunan Bungkul berada dalam sebuah cungkup dimana berjajar beberapa makam yang nisan dan badan kuburnya diselimuti dengan kain putih.
Di luar cungkup Makam Sunan Bungkul
juga terdapat lagi beberapa makam yang terlihat sudah berumur tua. Di
kompleks ini konon juga ada makam Makam Mbah Sholeh, pengikut Sunan
Ampel yang setia, meskipun ada pula Makam Mbah Sholeh di kompleks Makam Sunan Ampel.
Makam Sunan Bungkul pada sisi sebelah kanan di dalam kompleks makam. Di dalam kompleks ini ada sebuah sumur yang airnya konon memiliki tuah bagi mereka yang mempercayainya.
Makam Sunan Bungkul kabarnya dikunjungi sekitar 100 orang setiap harinya, dan pada hari libur jumlahnya bisa mencapai ribuan, kebanyakan dari luar kota, dan ada pula yang datang dari luar pulau.
Foto di atas memperlihatkan suasana warung di dekat jalan masuk ke Makam Sunan Bungkul, yang tengah dipadati pengunjung. Di latar belakang adalah sebuah pohon beringin tua yang cukup rimbun.
Makam Sunan Bungkul dengan pohon beringin besar yang membantu memberikan sebuah ‘suasana’ bagi para peziarah yang datang.
Makam Sunan Bungkul berada di sisi belakang Taman Bungkul yang bagian depannya terlihat pada foto di atas.
Jika nama Sunan Bungkul atau mBah Bungkul tidak saya temui selain di makam ini, maka nama Mpu Supo telah saya temui sebelumnya di Kawasan Bukit Surowiti, dimana terdapat beberapa peninggalan Sunan Kalijaga. Makam Mpu Supo di Bukit Surowiti saya jumpai setelah berkunjung ke Goa Langsih, tempat persembunyian Brandal Lokajaya.
Mbah Bungkul merupakan bagian dari kesibukan Taman Bungkul yang ramai dikunjungi warga Surabaya yang bukan hanya berkunjung ke makam, namun juga bersantap, minum kopi, atau sekadar duduk-duduk ngobrol sambil membuka laptop-nya.
Makam Sunan Bungkul merupakan bangunan cagar budaya Surabaya, seperti yang tertera pada sebuah prasasti yang berada di depan salah satu warung makanan.
Sebuah versi menyebutkan bahwa Sunan Bungkul adalah salah satu mertua Raden Paku, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Giri, setelah Raden Paku secara tidak sengaja memungut buah delima dari Kalimas. Tanpa diketahuinya, Sunan Bungkul telah memiliki niatan bahwa barang siapa yang menemukan buah delima itu akan ia jodohkan dengan puterinya yang bernama Dewi Wardah.
Padahal Raden Paku telah dijodohkan lebih dahulu dengan puteri Sunan Ampel yang bernama Dewi Murthasiah, namun karena perjodohannya dengan Dewi Wardah mendapat restu dari Sunan Ampel, maka Raden Paku pun menikahi kedua puteri itu pada hari yang sama.
Makam Sunan Bungkul dengan gerbang paduraksa, yang membatasi bagian luar dengan bagian tengah makam. Gerbang paduraksa adalah gerbang dengan penutup di bagian atasnya, sedangkan candi bentar merupakan gerbang tanpa penutup.
Di latar belakang adalah sebuah surau yang konon dibangun oleh Sunan Bungkul bersama dengan Raden Rahmat (Sunan Ampel). Ada yang menyebutkan bahwa Raden Rahmat pernah berguru kepada Sunan Bungkul, sehingga ada peziarah yang datang lebih dahulu ke Makam Sunan Bungkul, sebelum berziarah ke Makam Sunan Ampel. Namun demikian tidak ada nama Sunan Bungkul atau Ki Ageng Supo dalam riwayat Sunan Ampel.
Melangkah ke dalam lagi ada gapura paduraksa yang lebih kecil, menghubungkan bagian tengah dengan bagian dalam, dimana Makam Sunan Bungkul berada.
Makam Sunan Bungkul berada dalam sebuah cungkup dimana berjajar beberapa makam yang nisan dan badan kuburnya diselimuti dengan kain putih.
Makam Sunan Bungkul pada sisi sebelah kanan di dalam kompleks makam. Di dalam kompleks ini ada sebuah sumur yang airnya konon memiliki tuah bagi mereka yang mempercayainya.
Makam Sunan Bungkul kabarnya dikunjungi sekitar 100 orang setiap harinya, dan pada hari libur jumlahnya bisa mencapai ribuan, kebanyakan dari luar kota, dan ada pula yang datang dari luar pulau.
Foto di atas memperlihatkan suasana warung di dekat jalan masuk ke Makam Sunan Bungkul, yang tengah dipadati pengunjung. Di latar belakang adalah sebuah pohon beringin tua yang cukup rimbun.
Makam Sunan Bungkul dengan pohon beringin besar yang membantu memberikan sebuah ‘suasana’ bagi para peziarah yang datang.
Makam Sunan Bungkul berada di sisi belakang Taman Bungkul yang bagian depannya terlihat pada foto di atas.
Jika nama Sunan Bungkul atau mBah Bungkul tidak saya temui selain di makam ini, maka nama Mpu Supo telah saya temui sebelumnya di Kawasan Bukit Surowiti, dimana terdapat beberapa peninggalan Sunan Kalijaga. Makam Mpu Supo di Bukit Surowiti saya jumpai setelah berkunjung ke Goa Langsih, tempat persembunyian Brandal Lokajaya.
No comments:
Post a Comment