Friday, 27 March 2015

Museum Airlangga Kediri

Museum Airlangga Kediri berada di Jl. Mastrip 1, Kawasan Wisata Selomangleng, yang menyimpan arca batu dan benda-benda peninggalan purbakala lainnya dari jaman kejayaan kerajaan Mataram Hindu. Pada kali pertama saya datang di kawasan wisata Selomangleng, Museum Airlangga baru saja tutup, dan baru pada keesokan harinya saya bisa masuk ke dalam gedung Museum Airlangga ini.
Nama museum diambil dari nama Raja Airlangga, yang lahir di Bali pada 990 dan diduga meninggal di Belahan 1049, pendiri Kerajaan Kahuripan yang memerintah pada 1009-1042 dan bergelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.
Adalah Airlangga yang meminta Mpu Kanwa untuk menggubah sebuah karya sastra berjudul Kakawin Arjunawiwaha pada 1030, menyadur Wanaparwa, kitab ketiga Mahabharata karya Vyasa dari India.
Setelah gagal menempatkan salah satu putranya sebagai raja di Bali, sebelum turun tahta dan menjadi pendeta, Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membelah wilayah kerajaannya menjadi dua, yang kemudian menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala, dan diberikan kepada kedua putranya.
Bangunan Museum Airlangga Kediri memiliki wuwungan bertingkat dan dinding kaca di sekeliling bangunan museum. Papan nama Museum Airlangga terbuat dari kayu berukuran cukup besar di tempel di bagian depan museum.
Patung Airlangga di atas menggambarkan Raja Airlangga sedang naik seekor Burung Garuda yang kakinya mencengkeram ular naga. Patung itu diletakkan di halaman depan museum, di tempat terbuka.
Garuda dalam kepercayaan Hindu adalah kendaraan Dewa Wisnu, dan Airlangga dikenal sebagai penganut Hindu yang taat. Patung Airlangga yang terbuat dari batu andesit ini bisa menggambarkan kebesaran pemerintahan kerajaan Airlangga.
Di bagian depan terdapat beberapa arca batu Makara dalam berbagai ukuran diletakkan di dalam ruang utama museum yang hanya disekat secara sederhana. Makara adalah binatang mitologis yang bentuknya menyerupai ikan namun memiliki belalai, yang digunakan untuk menyalurkan air di candi-candi Hindu atau sebagai pancuran.
Ada pula koleksi Arca Nandi, Lembu kendaraan Shiwa, serta koleksi arca batu lainnya yang diletakkan di bagian kanan Museum Airlangga. Nandi adalah lambang moral, keadilan, dan kekuatan, yang biasanya dibuat dalam posisi badan mendekam dengan kaki depan siap berdiri, yang menunjukkan kesiapan menerima perintah Shiwa.
Terlihat pula relief manusia pada sebuah potongan batu candi dengan wajah menghadap ke samping, yang konon berhubungan dengan pemujaan terhadap roh leluhur. Relief manusia di candi-candi di Jawa Tengah umumnya digambarkan secara natural dengan wajah menghadap ke muka.
Di sebuah sisi terdapat Jaladwara, yang merupakan pancuran air yang dipergunakan di candi atau pemandian kuno. Pancuran air di candi pada umumnya menggunakan bentuk makara atau guci yang dibawa seorang pemuka agama, yang melambangkan kesucian dan kesuburan.
Arca Kala di Museum Airlangga Kediri. Kala adalah juga binatang mitologis dalam kepercayaan Hindu yang digambarkan dalam bentuk wajah dengan raut yang menakutkan, mata besar melotot, dan mulut menyeringai lebar memperlihatkan gigi taringnya yang tajam. Relief Kala umumnya diletakkan di atas ambang pintu masuk candi, sebagai penolak bala.
Koleksi Yoni juga banyak disimpan di Museum Airlangga. Yoni biasanya berbentuk balok batu dengan sebuah lubang di tengah sebagai tempat untuk menancapkan Lingga (Shiwa), dan ada cerat di salah satu sisinya untuk mengalirkan air pembasuh Lingga sewaktu diadakan upacara. Yoni, yang merupakan lambang kesuburan wanita, biasanya diletakkan di ruang utama candi dengan cerat menghadap ke arah utara.
Di Museum Airlangga Kediri terdapat sebuah Aca Buddha tanpa kepala. Dalam kepercayaan Buddha dikenal 3 perwujudan Buddha, yaitu Manusia Buddha (Buddha yang menjelma menjadi manusia), Dhyani Buddha (Buddha yang bersifat badan halus) dan Dhyani Bodhisatva (Buddha sebagai mahluk kayangan).
Ciri-ciri arca Buddha lazimnya adalah adanya unisha (rambut dan sanggul),urna (bulatan di tengah dahi), telinga yang panjang, dan mudra (sikap tangan yang menjadi pembeda antara arca Buddha yang satu dengan lainnya).
Sebuah Arca Shivanandi yang disimpan di Museum Airlangga Kediri. Shiwa adalah dewa tertinggi Trimurti (Shiwa, Wisnu, Brahma), yang digambarkan bertangan empat (masing-masing membawa trisula, cemara, genitri, dan kendi), bermata tiga, ada ornamen ardha chandra (bulan sabit) pada hiasan kepala, ikat pinggang dari kulit harimau, hiasan leher ular kobra, dan berkendara Lembu Nandini.
Shiwa adalah dewa pelebur, yang menghancurkan segala yang usang dan tidak layak lagi berada di dunia dan harus dikembalikan ke asalnya. Arca Shiwa, yang mata ketiganya bisa membakar musnah apa pun yang tidak dikehendakinya, biasanya diletakkan di ruang utama candi Hindu.
Ada pula jambang batu berukuran besar yang bentuknya menyerupai silinder namun berpenampang lonjong, dengan hiasan berupa bunga teratai yang merupakan lambang kesucian. Dalam kepercayaan Hindu, sebuah benda dengan penampang mendekati bentuk lingkaran biasanya dikaitkan dengan asal mula kehidupan.
Ada beberapa arca berukuran besar, terbesar setinggi satu setengah orang dewasa, yang disimpan di Museum Airlangga Kediri. Diantaranya adalah arca Shiwa, Arca Wisnu, dan Arca Ardhanari yang merupakan lambang persatuan Shiwa dengan Parwati, isterinya.
Ardhanari karenanya digambarkan berbentuk setengah pria dan setengah wanita bertangan empat, dengan dua tangan belakang masing-masing memegang aksamala dan camara dan dua tangan depan diletakkan di depan perut.
Wisnu adalah Dewa Pemelihara yang digambarkan bertangan empat, masing-masing tangan memegang sankha (lambang pembebasan manusia dari kesulitan), cakra (lambang perputaran dunia), pada (lambang kekuatan) dan padma (lambang kedewaan).
Di Museum Airlangga juga ada koleksi Gentong Batu yang bentuk bulatnya bisa dikaitkan dengan padma, asal mula kehidupan, dan sebagai wadah air suci, serta Prasasti Batu yang terbuat dari batu andesit dengan tulisan huruf Jawa kuno yang masih terlihat cukup jelas, dengan hiasan flora di bagian bawahnya.
Di sebelah samping kiri Museum Airlangga Kediri terdapat area terbuka di bawah pepohonan dimana disimpan beberapa koleksi arca dan dan benda-benda lain yang terbuat dari batu.
Museum Airlangga Kediri di kawasan wisata Selomangleng memiliki koleksi yang cukup beragam dan bernilai sejarah tinggi, meskipun penataan interiornya terkesan agak sederhana. Keterangan yang ada pada setiap koleksi Museum Airlangga Kediri ini sangat membantu pengunjung dalam memahami arti masing-masing benda. Akan lebih membantu lagi jika ditambahkan keterangan mengenai riwayat penemuan benda-benda tersebut.

No comments: